Aku tidak pernah menyangka bahwa pada akhirnya kami akan memraktekkan homeschooling.
Keinginan menjalankan homeschooling untuk anak
Flash back dulu ya sebentar...
Jadi blog ini awalnya memang dibuat untuk mendokumentasikan tentang perjalanan homeschooling mas Deniz. Ya, dulu aku dan pak suami sangat bersemangat untuk menjalani homeschooling.
Alasannya?
Waktu itu mas Deniz sepertinya kurang cocok dengan metode pembelajaran di sekolah formal. Ditambah lagi efek waktu kecil kena screen time akut, mas Deniz punya masalah dengan fokus. Alih-alih mendapatkan support dari guru, mas Deniz justru dicap sebagai anak bandel. Jujur, sebagai seorang guru, aku sedih lho anakku dilabel bandel.
Anyway, saat itu (tahun 2016) aku dan pak suami sudah niat banget homeschooling. Sampai bela-belain ikut seminar dan beli beberapa buku tentang homeschooling. Cerita lengkapnya bisa dibaca di tulisan memulai homeschooling ini.
Sayangnya, rencana homeschooling ini harus dibatalkan karena almarhum ayahku menolak keras.
Dengan latar belakang beliau sebagai seorang dosen yang sudah mengajar lebih dari 30 tahun, ayahku bilang kalau homeschooling akan berdampak buruk pada pengembangan sosioemosional mas Deniz. Akhirnya dengan berat hati kami mengalah dan mas Deniz masuk ke SD.
Homeschooling karena pandemi
Tahun ini Zinan usianya 7 tahun. Ini berarti Zinan akan masuk ke kelas 1 SD. Time flies! Rasanya seperti baru kemarin Zinan lahir, tahu-tahu udah mau jadi anak SD aja.
Adanya pandemi jelas mengubah semua rencana yang sudah kami siapkan jauh hari. Rencana awal Zinan akan masuk ke SD yang sama seperti mas Deniz, yaitu SDI Daarul Ilmi di Depok. Qadarullah, karena satu dan lain hal
Terus Zinan akan melanjutkan sekolah ke mana dong?
Pak suami sempat mengusulkan agar Zinan cuti sekolah dulu selama 1 tahun. Tapi kok aku mikirnya kasihan anaknya. Selain itu, kuatir juga Zinan keasyikan di rumah aja dan nanti waktunya sekolah malah nggak mau.
Lalu keinget deh, kenapa nggak coba Homeschooling aja ya? Dengan homeschooling, Zinan tetap bisa melanjutkan sekolah SD di rumah.
Tidak terasa Zinan sudah jadi anak SD! |
Alhamdulillah aku masih menyimpan catatan 5 tahun yang lalu waktu Deniz mau coba HS. Berbekal catatan itu, aku mulai belajar lagi tentang HS, mulai dari sistem belajar, kurikulum, sampai lembaga HS.
Seperti yang aku ceritakan sebelumnya, ayahku menolak keras HS karena menganggap anak lulusan HS tidak akan diakui hasil belajarnya. "Gimana nanti anakmu kalau mau kuliah?", begitu kata beliau saat itu.
Dari sini aku coba mencari tahu, apa iya anak HS nggak bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena tidak diakui? Ternyata ini salah besar lho.
Anak HS bisa banget transfer ke sekolah formal dan melanjutkan sekolah sampai kuliah, bahkan bisa untuk sekolah di luar negeri juga. Kuncinya adalah memilih lembaga homeschooling yang tepat untuk anak. Ini karena lembaga HS akan membantu dalam proses legalitas.
Homeschooling di PKBM Generasi Juara
Aku sadar sekali kalau aku sangat awam dengan pendidikan berbasis rumah atau homeschooling. Meskipun aku sendiri adalah seorang guru dan selama pandemi ini aku mengajar dari rumah, sistem pendidikan yang diterapkan di tempat aku bekerja lebih ke arah school from home. Sangat berbeda dengan homeschooling. InsyaAllah perbedaannya akan aku bahas di tulisan lainnya ya.
Berhubung ini adalah pertama kalinya aku akan menerapkan pendidikan berbasis rumah dengan Zinan, aku butuh semacam guidance atau acuan bagaimana kegiatan belajar Zinan nanti. Thats why aku mendaftarkan Zinan di PKBM Generasi Juara untuk Paket A (setara SD).
PKBM Generasi Juara adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang melayani anak Homeschooling. Selain itu, PKBM Generasi Juara juga menerima anak putus sekolah dan memberikan layanan kursus.
Dengan mendaftarkan Zinan di PKBM ini, aku akan mendapatkan modul pembelajaran per semester. Untuk eksekusinya sendiri ya diserahkan ke keluarga masing-masing.
Persiapan homeschooling
Jujur saat ini aku belum menyiapkan banyak hal berhubung masih menunggu arahan lebih lanjut dari PKBM Generasi Juara. Kalau persiapan dalam hal fasilitas sih InsyaAllah aman. Kami punya fasilitas yang cukup lengkap dan semoga bisa membantu proses pembelajaran nanti.
Aku juga sudah mulai sounding ke Zinan kalau dia akan belajar di rumah (bukan di sekolah formal) dan gurunya adalah bunda.
So far sih anaknya excited. We'll see how it goes.
Apakah siap menjalani homeschooling?
It's a tough question. Aku rasa mau bagaimanapun ya harus siap. Kalau mau nunggu siap secara mental ya nggak mandek deh. Kita juga tidak akan tahu apa kendalanya nanti dan solusinya apa kalau tidak mencoba langsung kan?
So, doakan aku yaaa!
Buat moms and dads yang udah menjalani HS atau punya masukan soal HS boleh dong berbagi cerita di kolom komentar.
Sampai ketemu di tulisan berikutnya!
Hai mbak Atisatya. Salam kenal...
BalasHapusWah, hampir sm dgn kebingungan aku juga nih. Anakku baru 5 th sih tp temen sejawatnya udah pada sekolah. Sementara kondisi kayak gini dan lingkungan temen dunia mayaku bnyk yg HS jd aku pun tertarik. Aku pun akhirnya beberapa bulan yg lalu ikutan kelas HS yg berkonsep Charlotte Mason.
Skrg dikit dikit udah dipraktikkan belajar semacam HS sih.
Dulu zinan pernh mengenyam TK nggak mbak?
Pkbm beti ngasih kurikulum ya? Brti tetap on the track y.
Thanks sharingnya mbak. Semoga HS berjalan dgn lancar ya.
Selamat bertumbuh bersama, Mbak Tya dan Zinan. Btw, PKBM Generasi Juara keknya termasuk PKBM dg fasilitas komplet. Biayanya berapa ya? Anakku tahun depan masuk PKBM insyaAllah. Masih survey dulu, nih
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus